Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, The Largest Tropical Rain Forest In Java

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
The Largest Mountainous Tropical Rain Forest 
In Java Island

Peta Wilayah TNGHS
Perizinan : Jl. Raya Cipanas - Kec. Kabandungan Sukabumi Telephone: +62-266-621256
Situs : http://www.tnhalimun.go.id

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan hutan hujan tropis terluas di pulau Jawa. Sesuai dengan Surat Kementerian Kehutanab No. 175/Kpts-II/2003, Taman Nasional ini memiliki luas 113.357 hentar. Nama Gunung Halimun-Salak berasal dari Bahasa Sunda yaitu 'halimun' dan 'salak'. 'Halimun' berarti kabut dan 'salak' merupakan buah salak yang biasa kita jumpai. Keberadaan TN Gunung Halimun-Salak sangat penting dalam mengatur ketersediaan air tanah dan mengatur kestabilan cuaca di sekitar Taman Nasional. Selain itu, Taman nasional Gunung Halimun-Salak berperan penting menjaga ekosistem makhluk hidup, baik flora maupun fauna endemik yang masih tersisa. Dengan adanya ekowisata ke TNGHS ini, diharapkan dapat meningkatkan awareness masyarakat terhadap keberlangsungan menjaga ekosistem bukan malah menjadi ajang eksploitasi alam berkedok ekowisata.

Secara administratif, Taman Nasional Gunung Halimun Salak atau lebih enak disingkat TNGHS, termasuk ke dalam tiga wilayah kabupaten dan dua provinsi, yaitu Kab. Bogor, Kab. Sukabumi - Provinsi Jawa Barat dan Kab. Lebak, Provinsi Banten. Alam TNGHS sangat memanjakan mata para pengunjungnya. Pepohonan yang tinggi menjulang dan perkebunan teh yang terhampar luas menjadi pemandangan yang umum dijumpai di TNGHS. Kicauan burung berbagai jenis dan macam-macam warnanya saling bersahutan menyempurnakan pemandangan di TNGHS. Sungguh menyajikan pemandangan yang eksotis, dimana semua elemen dalam hutan TNGHS dapat dilihat secara dekat dan hidup beriringan satu sama lain. 
 
Banyak hal yang dapat Anda nikmati ketika mengunjungi TNGHS. Beberapa di antaranya adalah Akses jalannya cukup menantang apalagi bila dilakukan dengan bersepeda, berinteraksi langsung dengan masyarakat di desa citalahab, melihat beberapa air terjun, trekking di hutan dan pesona hamparan hijau perkebunan teh Nirmala. Dan yang paling terkenal di tempat ini adalah Glowing Mushrooms atau jamur yang menyala pada waktu malam hari.
Cerita di bawah ini merupakan pengalaman saya ketika berkunjung bersama teman-teman ke Taman Nasional Gunung Halimun. Informasi lainnya saya peroleh melalui internet rekan blogger lain.  Namun sayangnya, foto-foto yang ditampilkan di sini bukan foto koleksi pribadi. Saya meng-copy foto-foto tersebut dari beberapa situs tentang TNGHS.
Sebelum memasuki kawasan Taman Nasional, para pengunjung diharuskan untuk melaporkan diri terlebih dahulu di Kantor balai TNGHS di Kabandungan, Kab. Sukabumi. Kantor Balai TNGHS dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan darat. Perjalanan dari Jakarta menempuh kurang lebih waktu 3-5 jam dengan jarak 125 km melalui rute perjalanan Jakarta-Bogor-Parungkuda-Kabandungan. Sedangkan dari Bandung, Balai TNGHS dapat ditempuh dalam kurang lebih 4-8 jam dengan jarak 152 km melalui rute perjalanan Bandung-Sukabumi-Parungkuda-Kabandungan. Rute pertama Anda dapat menaiki bus jurusan Jakarta – Sukabumi dan turun di Parung Kuda (pasar). Setelah tiba di Pasar dan terminal Parung Kuda, Anda harus berpindah kendaraan dengan menaiki mobil elf  mini bus (jurusan Parung Kuda – Cipeuteuy) untuk menuju pos pendaftaran TNGHS di Kabandung.

Setelah melalui perjalanan selama satu setengah jam, Anda akan tiba di pos TNGHS Kabandungan untuk melakukan pendaftaran. Sambil menunggu proses pendaftaran, kami diberikan arahan serta peraturan apa saja yang harus dijaga selama berkunjung ke TNGHS. Selain itu, petugas balai juga menyajikan slide dan film singkat mengenai Taman Nasional gunung Halimun-Salak. 

Setelah selesai, Anda dapat melanjutkan perjalanan ke stasiun penelitian TNGHS di Cikaniki. Untuk mencapai stasiun penelitian TNGHS di Cikaniki yang masih berjarak 20 km, Anda dapat menggunakan elf (carter), ojek atau kalau mau lebih irit dapat jalan kaki dengan waktu kurang lebih 4 – 5 jam perjalanan. Jika anda datang berkelompok, lebih baik Anda menyewa kendaraan bak terbuka menuju stasiun penelitian Cikaniki atau Citalahab karena akses menuju kesana lumayan sulit dan jalanannya berbatu. Apabila Anda datang dalam kelompok kecil, menyewa ojek menuju home stay di TNGH dapat menjadi pilihan terbaik.

Dengan menggunakan ojek, waktu yang ditempuh menuju stasiun Cikaniki sekitar dua jam. Apabila ditempuh menggunakan mobil truk atau bak terbuka lainnya, akan lebih lama lagi. Waktu itu Kami menggunakan truk karena peserta yang ikut banyak sekali jumlahnya. Pengalaman menarik di dalam Truk yang bergoyang-goyang menapaki terjalnya jalan berbatu bersama teman-teman merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan (It's so memorable guys!). Persinggahan pertama kami terhenti di stasiun penelitian Cikaniki. Di stasiun penelitian TNGHS Cikaniki ini terdapat beberapa penginapan yang dapat Anda sewa (milik taman nasional). Disana akan dilakukan proses pendataan. Fasilitas yang ada di stasiun Cikaniki terbilang cukup bagus dan terawat, macam vila-vila di Puncak Bogor. Namun karena kocek kami tak cukup tebal, Kami memilih menginap di Citalahab Home stay. 

Setelah kembali melanjutkan perjalanan dari Cikaniki, finally We've come in Citalahab Village. Desa ini berada di kecamatan Manggung – Kab. Bogor. Lokasi desa ini berada di tengah-tengah perkebunan teh (perkebunan teh Nirmala), dengan mayoritas kegiatan para penduduknya sebagai petani teh di perkebunan tersebut. Kurang lebih hanya terdapat 17 rumah saja yang ada di desa ini Citalahab home stay.

Apabila Anda ingin mencapai lokasi-lokasi di kawasan TNGHS, seperti Cikaniki, Citalahab, hutan Koridor, Ciptagelar atau lokasi lainya, lebih baik mempelajari dahulu peta jalur lokasi yang akan dituju karena jalan masuk ke dalam kawasan umumnya masih jalan berbatu yang akan lebih baik apabila menggunakan mobil jeep, sepeda motor atau mungkin harus berjalan kaki.

Setelah tiba di desa Citalahab kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk tinggal di rumah-rumah panggung penduduk. Sebenarnya di Citalahab ini terdapat bumi perkemahan. Akan lebih natural kalau kami tinggal berkemah. Namun karena saat itu sedang  musim hujan,  maka kami memilih tinggal di rumah-rumah penduduk. Pada malam hari Anda dapat mengunjungi canopy trail untuk melihat jamur menyala (Glowing Mushroom). Namun, sekali lagi, karena hujan turun maka Anda tidak dapat melihat jamur menyala.

Bermalam selama tiga hari sebenarnya tidak cukup bagi kami. Pemandangan matahari terbit  di perkebunan teh Nirmala terbilang cukup memukau. Apalagi jika cuacanya cerah, Anda dapat melihat gunung Salak, Gede dan Pangrango berjajar dengan kokoh.  Samar-samar terlihat juga jajaran bangunan semacam mall di seberang perkebunan teh, namun kami tidak mengetahui bangunan apa itu sebenarnya. Setelah agak siang, Kami melanjutkan perjalanan menuju curug Macan dengan lama perjalanan 1 jam. Lokasi curug Macan ini sebenarnya lebih dekat dari stasiun penelitian TNGHS di Cikaniki, curug Macan ini tidak tinggi paling hanya sekitar 8 meter saja. Curug macan berada tepat di samping sungai yang airnya dingin dan sangat dingin. Handphone dan kamera kami titipkan pada salah seorang teman yang tidak ikut bermain air. Kegembiraan saat itu sangat lah berkesan (Once more, It's so memorable).

Setelah selesai bermain air dan dipijat oleh aliran  airdi curug Macan (alirannya tidak terlalu deras),  kami kembali pulang ke Citalahab home stay dengan berjalan kaki. Jaraknya lumayan jauh, namun tidak terasa karena pemandangan kebun teh, dan hutan yang masih perawan selalu mengiringi setiap langkah kami (So Romantic' and peaceful, Really!). 
Keesokan harinya Kami melanjutkan perjalanan sejauh 10 km melalui hutan-hutan di sebelah utara Citalahab. Ada banyak pilihan treking (Tracking in English). Untuk saya pribadi sebenarnya perjalanan ini terlalu singkat karena terdapat pilihan tracking yang lebih panjang menuju curug yang lebih indah (I forgot what's the name of waterfall)
Saat melakukan tracking, Anda dapat menjumpai berbagai macam jenis burung dan spesies tanaman langka yaitu beberapa buah Anggrek liar yang berada di batang batang pohon besar. Jika beruntung,  Anda dapat menjumpai seekor Lutung yang bergelantungan di pepohonan. Sebetulnya kami ingin melihat Owa Jawa, namun karena berada di tengah-tengah hutan (bukan dekat jalur) maka kami hanya mendengar suaranya saja di kejauhan. Lutung-lutung itu pun kadang bermain di sekitaran home stay Citalahab. I think, It's funny and horrible a bit when see Lutung play over the tree.

Owa Jawa

Sepanjang perjalanan Anda dapat menemui tumbuhan khas seperti Puspa (Schima wallichii), Tangkur gunung (Lophatherum gracile) – umbinya dapat dimanfaatkan untuk obat kuat menurut masyarakat setempat, Rasamala (Altingia excelsa), Begonia sp – batang nya yang berair dapat dikonsumsi, merupakan salah satu jenis tumbuhan untuk survival, Tepus, beberapa jenis anggrek Bulbophylum sp dan Dendrobium sp ditemukan juga di TNGHS.

Untuk keperluan riset, Anda dapat melakukan pengamatan Macan Tutul (Phantera pardus) secara tidak langsung, yaitu melalui jejak, cakar (marking) atau bekas makan macan. Pada kesempatan tersebut, kemungkinan Anda akan menemukan cakar macan tutul dan bekas makannya. Cakar ini sebagai marking (penandaan daerah kekuasaan) yang lazim dilakukan oleh kelompok Felidae. Kemudian, ditemukan pula bekas makan macan yang diduga adalah seekor landak (dapat dilihat dari duri-duri landak yang tersisa). Hal ini menunjukkan bahwa daerah yang kami lalui adalah jalur yang dilalui oleh macan tutul dan juga mengindikasikan keberadaan macan di daerah tersebut.

Jangan lupa juga untuk mengamati glowing mushroom yang terkenal dan letaknya tidak jauh dari Stasiun Riset Cikaniki. Hanya berjarak kurang lebih 200 m dari Stasiun Riset, Anda akan sampai di tempat glowing mushroom. Pengamatan glowing mushroom dilakukan ketika waktu maghrib. Sungguh menakjubkan bisa melihat glowing mushroom yang unik ini. Cahaya hijau nya berpendar di kegelapan. Ukuran jamur ini sendiri bisa dibilang sangat kecil. Jamur ini memiliki kemampuan bioluminescent akibat adanya reaksi kimia sehingga mampu berwarna hijau menyala di kegelapan.

Glowing Mushroom/ Jamur Yang berkilau Saat Malam Hari

Glowing Mushroom

Diambil dari situs resmi TNGHS, berikut ini rincian tempat wisata alam dan budaya di area Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki luas sekitar 113.357 hektar :

Air Terjun (Curug)
Keindahan air terjun merupakan salah satu daya tarik yang banyak diminati wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pada umumnya air terjun terbentuk karena terjadinya patahan kulit bumi sehingga aliran air terpotong membentuk loncatan air sesuai prinsip aliran air dari ketinggian ke tempat yang lebih rendah. TNGHS mempunyai banyak air terjun, seperti :
  • Curug Cimantaja dan Curug Cipamulan, terletak di desa Cikiray, kecamatan Cikidang dan Kabupaten Sukabumi
  • Curug Piit (Curug Cihanjawar), Curug Walet dan
  • Curug Cikudapaeh, terdapat di sekitar Perkebunan Teh Nirmala
  • Curug Citangkolo, terletak di desa Mekarjaya, kecamatan Kabandungan, kabupaten Sukabumi
  • Curug Ciberang dan Curug Cileungsing, terletak di sekitar kampung Leuwijamang
  • Curug Ciarnisah, terletak di sekitar kampung Cibedug Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Di Gunung Salak terdapat beberapa curug diantaranya Curug Cangkuang (Cidahu); Curug Pilung (Girijaya); Curug Cibadak (Cijeruk); Curug Citiis (Ciapus); Curug Nangka (Taman Sari); Curug Ciputri (Tenjolaya); Curug Cihurang, Cirug Cigamea, Curug Ngumpet dan Curug Seribu (Pamijahan), Curug Cibereum (Jayanegara).

Puncak Gunung
TNGHS memiliki beberapa puncak gunung dengan ketinggian antara 1.700 – 2.211 m dpl. Secara resmi beberapa jalur pendakian ke puncak gunung di TNGHS belum dibuka dan ditata secara khusus. Tetapi beberapa puncak gunung dan hutan yang relatif masih lebat telah menarik didaki dan dikunjungi oleh berbagai kelompok pecinta alam, dengan memenuhi syarat pendakian : seperti membuat ijin pendakian, mempelajari peta jalur pendakian, pendakian didampingi petugas / orang yang sudah mengetahui jalur pendakian, mempersiapkan diri secara fisik dan perbekalan makanan yang cukup.

Beberapa puncak gunung yang menarik didaki :
  1. Gunung Halimun Utara (1.929 m dpl.)
  2. Gunung Botol (1.720 m dpl.)
  3. Gunung Sanggabuana (1.919 m dpl.)
  4. Gunung Kendeng Selatan (1.680 m dpl.)
  5. Gunung Halimun Selatan (1758 m dpl.)
  6. Gunung Puncak Salak 1 (2211 m dpl.)
  7. Gunung Puncak Salak 2 (2190 m dpl.)

Hutan - Perkebunan Teh di TNGHS

Di antara puncak-puncak yang umum dan menarik didaki di TNGHS adalah Puncak Gunung Salak 1 karena paling tinggi.

Adapun jalur pendakian ke puncak Gunung Salak sudah diketahui dan dirintis oleh para pendaki gunung melalui beberapa jalur masuk. Saat ini untuk mendaki Puncak Gunung Salak 1, harus dapat memenuhi persyaratan pendakian gunung dan mengurus ijin pendakian di Kantor BTNGHS di Kabandungan, Sukabumi.

Adapun jalur pendakian yang relatif aman dan umum digunakan adalah melalui jalur Javana Spa/Cangkuang, Cidahu –Simpang Kawah Ratu–Puncak Salak. Atau Pasir Reungit, Gunung Bunder–Kawah Ratu–Simpang Kawah/ Puncak Salak 1 – Puncak Salak 1

Bumi Perkemahan
Salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan di TNGHS adalah berkemah di bumi perkemahan yang sudah tersedia sumber air dan kamar mandi. Lokasinya antara lain di Cangkuang, Sukamantri dan Gunung Bunder.

Candi Cibedug (Lebak Banten)
Candi Cibedug terletak sekitar 10 km sebelah Barat desa Citorek yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 3 jam. Situs Candi yang berukuran kecil ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan di Jawa Barat beberapa ratus tahun yang lalu. Situs ini banyak dikunjungi orang dari luar daerah untuk berziarah.

Lebak Sibedug adalah nama sebuah kampung yang masuk dalam wilayah Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Keterkenalan kampung ini tak dapat dipisahkan dari keberadaan sisa peninggalan zaman megalitik berupa menhir dan punden berundak yang berada dalam satu kompleks yang kini diisolasi dan dinamai situs Lebak Cibedug.

Meskipun berada di wilayah Kecamatan Cibeber, namun rute menuju Cibedug ternyata lebih nyaman ditempuh melalui jalur Pandeglang – Rangkasbitung – Cipanas – Citorek – Cibedug, dibanding menempuh jalur Pandeglang – Bayah – Cibeber – Citorek – Cibedug. Jika dibandingkan dalam hitungan jarak dari Pandeglang, maka rute pertama ini berjarak ± 80 Km sedangkan rute kedua berjarak 2 kali lipatnya. Menghadapi pilihan ini tentu saja Anda akan memilih rute pertama.

Jalanan mulai terasa tidak nyaman ketika Anda mulai masuk ke rute perbukitan Cipanas – Citorek. Namun rerimbunan hutan yang tampak hijau yang kadang diselingi oleh areal persawahan luas dalam suasana pedesaan di sepanjang jalanan menuju Cipanas akan membawa Anda pada nuansa yang tidak akan diperoleh jika berada di kota.

Setelah hampir tiga jam berada di mobil, Anda akan tiba di Desa Citorek Barat. Setelah menitipkan mobil pada penduduk dan mengambil beberapa stock shot , Anda akan menyeberangi jembatan gantung pertanda dimulainya rute terberat menuju Cibedug.

Situs Purbakala Cibedug

Jarak dari Citorek ke Cibedug sebenarnya dekat, sekitar 9 Km. Namun karena Cibedug berada di balik perbukitan, maka rute jalan kaki ini akan terasa berat.  Anda akan melewati kebun kebun tradisional, menyusur pematang sawah dan menerobos hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Setelah menempuh kurang lebih dua pertiga perjalanan,  Anda  akhirnya akan sampai di puncak bukit yang dipenuhi pohon-pohon besar. Tak jauh dari situ terdapat sebuah situ (danau). Danau di puncak bukit? Nyatanya memang ada. Andai saja danau itu ditata rapi dan tidak dipenuhi gulma, tentu danau itu akan menjadi pesona tersendiri pengobat kelelahan selama perjalanan. Jalur yang akan Anda tempuh setelah danau itu adalah jalan setapak yang menurun. Beberapa saat kemudian Anda akan menemukan candi Cibedug seperti gambar yang terlihat di atas.

Gunung Batu dan Cadas Belang
Di dalam kawasan TNGHS juga terdapat lokasi-lokasi yang dipercayai mempunyai kekuatan spiritual, sehingga beberapa pengunjung datang untuk maksud berziarah. Seperti di Gunung Batu terdiri dari dinding batu yang terletak pada puncak bukit, sering digunakan untuk tempat penziarahan. Lokasi ini terletak di desa Mekarjaya dapat dicapai dengan jalan kaki sekitar 2 jam dari kampung Cigadog.

Stasiun Penelitian Cikaniki

Lokasinya terdapat di dalam hutan Cikaniki dekat kampung Citalahab. Saat ini Stasiun Penelitian selain dapat digunakan untuk kegiatan penelitian juga dapat digunakan untuk kunjungan ekowisata.


Jalur Interpretasi (Loop Trail) dan Homestay di Citalahab
Jalan setapak Cikaniki - Citalahab sepanjang 3,8 km dibuat pada tahun 1997, jalur ini telah dilengkapi dengan pal hekto meter (HM), papan petunjuk dan shelter. Setelah HM 15, pada jalur ini terdapat dua alternalif jalan yaitu yang langsung ke kampung Citalahab Sentral dimana terdapat homestay yang dikelola masyarakat lokal atau yang berputar ke perkebunan teh Nirmala blok Citalahab Bedeng sekitar 3,8 km. Sepanjang jalur ini dapat menikmati berbagai flora fauna menarik yang akan memberi pengalaman baru bagi pengunjung berjalan di dalam hutan tropis.

Jembatan Tajuk (Canopy Trail)
Canopy Trail (Jembatan di Atas Pohon)

Jembatan gantung yang menghubungkan antara pepohonan sepanjang 100 m, lebar 0,6 m dengan ketinggian 20–25 m dari atas tanah dilengkapi dengan tangga naik. Jembatan ini terletak sekitar 200 m dari Stasiun Penelitian Cikaniki. Digunakan sebagai pendukung kegiatan penelitian.

Sumber Air Panas
Di TNGHS terdapat beberapa sumber air panas yang masih alami seperti di Cisukarame dan di Gunung Menir, maupun yang sudah dibuka sebagai tempat rekreasi, seperti di Gunung Salak Endah, Cisolok dan Cipanas.

Perkebunan
Perkebunan di sekitar TNGHS termasuk pemandangan alam yang menarik dan banyak dijumpai dalam perjalanan menuju kawasan TNGHS. Umumnya di wilayah kabupaten Sukabumi dan Bogor terdapat beberapa perkebunan teh yaitu perkebunan teh Jayanegara, Cianten, Pasir Madang dan Parakansalak. Bahkan jauh sebelum TNGHS ditetapkan, di tengah taman nasional juga terdapat enclave perkebunan teh Nirmala yang luasnya sekitar 997 ha.

Selain perkebunan teh saat ini disekitar TNGHS juga terdapat perkebunan kelapa sawit, seperti di Kelapa Nunggal, Cikidang, Cisolok dan juga sepanjang jalan dari Cigudeg di kabupaten Bogor menuju kota Rangkasbitung, kabupaten Lebak.

Arung Jeram dan Pantai Selatan
Perjalanan dari Sukabumi atau Cibadak menuju Pelabuhanratu dan terus ke Bayah selain menyusuri bagian tenggara atau selatan TNGHS juga akan melintasi jalur wisata arung jeram (sungai Citarik dan sungai Cicatih) serta pantai selatan yang indah seperti pantai Karang Hawu, Karang Taraje dan Sawarna.

Seren Taun
Masyarakat adat kasepuhan Banten Kidul yang tinggal di sekitar TNGHS sampai saat ini masih mempunyai karakteristik budaya yang khas. Dimana setiap tahun setelah panen padi mereka mengadakan kegiatan adat yang disebut seren taun sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam pertanian khususnya padi yang merupakan makanan pokok masyarakat.

Kegiatan seren taun selain untuk warga kasepuhan juga dapat disaksikan oleh masyarakat umum lainnya termasuk untuk kunjungan wisata budaya karena banyak kegiatan menarik yang dapat dilihat. Jadwal pelaksanaannya antara bulan Juni - Desember setiap tahun, tergantung perhitungan waktu masing-masing kelompok kasepuhan. Beberapa seren taun yang menarik untuk dikunjungi dan dilihat adalah seren taun di kasepuhan Ciptagelar, Sirnaresmi, Ciptamulya, Cicarucub, Cisitu, Cisungsang, Citorek dan Urug.

Kuburan Keramat dan situs-situs masa lampau
Selain situs Candi Cibedug dan Gunung Batu di TNGHS juga terdapat beberapa kuburan keramat dan situs-situs lainnya yang belum terungkap, bahkan ada yang berbentuk “batu berundak” seperti peninggalan masa-masa kerajaan dahulu. Walaupun terdapat di lokasi yang cukup sulit, sering orang berkunjung untuk berziarah seperti ke kuburan keramat di puncak Gunung Salak 1 dan ke lereng puncak Halimun Selatan.

Beberapa lokasi situs lainnya seperti situs Genterbumi di kampung Pangguyangan, situs Ciawitali di Gunung Bodas dan situs Ciarca di kecamatan Cikakak, situs Girijaya di kecamatan Cidahu, Sukabumi, situs Cibalay di kecamatan Tenjolaya, situs Batu Kipas, Lewijamang di kecamatan Sukajaya, Bogor dan situs Gunung Bedil di kecamatan Cibeber, Lebak.

Jika Anda ingin kembali ke Jakarta Anda dapat melalui jalur semula seperti hendak berangkat yaitu melalui Kabandungan-Parungkuda-Bogor-Jakarta atau melalui jalur menuju Leuwi liang yaitu Cibeber-Leuwi liang- Kota Bogor-Jakarta. Rutenya dari Citalahab menuju Cibeber, kembali kami menggunakan  jasa ojek. Jalur yang dilalui merupakan jalur off road dan sedikit jalan beraspal. Setelah tiba di Cibeber, Anda dapat menaiki angkot (angkutan kota)  menuju ke Leuwiliang – Bogor dan turun di pasar Leuwi Liang. Setelah tiba di sana, Anda kembali menyambung dengan menggunakan angkot 05 menuju ke terminal Bubulak. Setiba dari terminal Bubulak Anda harus menaiki angkot 03 jurusan Baranang siang – Bogor. Dari sini Anda dapat naik bus atau pun kereta menuju Jakarta.

Sumber :
http://www.tnhalimun.go.id
http://bicons.wordpress.com
http://georgiatale.blogspot.com/2008/10/night-at-citalahab-village.html

http://www.djarum-super.com/adventure/adventure-journal/contestant-journal/detail/read/taman-nasional-gunung-halimun-salak dan berbagai sumber lainnya.

Posting Komentar untuk "Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, The Largest Tropical Rain Forest In Java"