Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ajengan KH Ahmad Sanusi, Anggota BPUPKI, Pahlawan dari Sukabumi

KH Ahmad Sanusi
Sumber: Republika.co.id

Warga Sukabumi harusnya tidak asing dengan nama KH Ahmad Sanusi karena nama tersebut dijadikan sebagai salah satu nama jalan utama yang membentang dari daerah sekitar Cisaat sampai dengan daerah Sukabumi Kota dan nama terminal bus tipe A di jalur lingkar selatan Kota Sukabumi. Sebetulnya, siapa sebenarnya KH Ahmad Sanusi?  Ya benar sekali, beliau adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesa dan tokoh ulama Sukabumi.

Sebagai generasi penerus, kita harus menghargai jasa para pendahulu kita dan mengikuti semangat perjuangannya dengan cara mengenal beliau. Dilansir dari beberapa situs online, Kiai Haji Ahmad Sanusi adalah seorang ulama yang lahir 18 September 1888 di Kampung Cantayan, Desa Cantayan, Onderdistrik Cikembar, Distrik Cibadak, Afdeeling Sukabumi.  Beliau adalah anak ke-3 dari delapan bersaudara dari pasangan KH. Abdurrohim dan Ibu Empok, pimpinan Pondok Pesantren Cantayan. Kakek beliau, H Yasin, merupakan keturunan Syekh Abdul Muhyi, penyebar agama Islam di daerah Tasikmalaya Selatan, di daerah Pamijahan.

KH Ahmad Sanusi memiliki beberapa gelar yaitu ajengan genteng, ajengan cantayan, dan ajengan gunung puyuh. Beliau menikah dengan Siti Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari Kebon Pedes, Baros, Sukabumi. 

Pendidikan

Ahmad Sanusi sejak kecil sudah dididik agama oleh ayahnya. Ia kemudian belajar ke berbagai pesantren, di antaranya pesantren di Selajambe (KH Muhammad Anwar), pesantren di Sukamantri Cisaat (K.H. Muhammad Siddik), pesantren Cilaku, pesantren Ciajag Cianjur, pesantren Gudang Tasikmalaya, dan pesantren Gentur, Jambu Dipa, Warung Kondang, Cianjur.

Ajengan Ahmad Sanusi sempat menimba ilmu di Mekkah, Saudi Arabia dan belajar dari ulama yang mayoritas bermazhab Syafi'i. Beliau juga pernah mendapat kehormatan menjadi imam di Masjidil Haram Mekkah.

Masa Perjuangan

Sepulang dari ibadah haji dan belajar dari beberapa pesantren, tahun 1915 beliau kembali ke Indonesia. KH Ahmad Sanusi  kemudian berdakwah dan fokus pada dunia pendidikan dengan mengajar di kampung halamannya di Pondok Pesantren Babakan Sirna Genteng, Cantayan Sukabumi pada tahun 1919. Beliau juga pernah menjabat sebagai penasihat Sarekat Islam Sukabumi. Beliau membawa nilai kepedulian, kebersamaan dan perjuangan untuk memajukan umat dan bangsa, serta melawan penjajah. 

Pada masa pendudukan Belanda, beliau difitnah dan  ditahan di penjara Cianjur dan Sukabumi pada Mei 1928, lalu diasingkan ke Tanah Tinggi Senen Batavia Centrum, dengan alasan ceramah-ceramah beliau dianggap membangkitkan masyarakat Priangan Barat untuk melakukan perlawanan kepada penjajah. Pada tahun 1942, setelah Jepang menguasai Indonesia, KH. Ahmad Sanusi sempat menjadi instruktur latihan ulama bersama dengan H. Agus Salim dan kawan-kawan yang diadakan oleh pemerintah militer Jepang di Jakarta.

Beliau juga merupakan pendiri gerakan Al-Ittihadiyatu Islamiyah yang kemudian berganti nama menjadi Persatoean Oemmat Islam Indonesia (POII) atau Persatuan Umat Islam (PUI) saat ini. Kiprah penting beliau adalah sumbangsih dan pemikirannya tentang bentuk negara dan wilayah negara dalam keikutsertaannya sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tahun 1945. KH. Ahmad  Sanusi diakui sebagai tokoh yang berhasil memecahkan kebuntuan rancangan konsep Indonesia sebagai negara. Hal ini terjadi karena sempat terjadi perdebatan bentuk negara di antara tokoh kemerdekaan. KH Ahmad Sanusi juga terkenal sebagai tokoh yang mengedepankan persatuan dan kemaslahatan bangsa dan negara. Hal ini ditandai dengan pandangan beliau yang menolak gerakan DI/TII Kartosuwiryo dan tetap mendukung Negara Republik Indonesia. KH Ahmad Sanusi pun pernah menjadi anggota Komite Nasional Indonesia (KNIP) dan pindah ke Yogyakarta pada tahun 1946. Setelah itu, beliau kembali ke Sukabumi dan mendirikan pesantren.

Karya-Karya

Berikut ini beberapa karya yang beliau buat, yaitu:

  • Majalah Al-Hidayah Al Islamiyah dan Majalah At Tabligh Al Islami;
  • Tafsir Raudhatul ’Irfan (terjemah Al-Qur’an 30 Juz dengan bahasa Sunda kata perkata berikut syarah (penjelasannya) secara singkat);
  • Tamsiyatul Muslimin (tafsir dalam bahasa Melayu/Indonesia dengan teknik penulisan setiap ayat-ayat Al-Qur’an selain ditulis huruf Arab juga ditulis transliterasi dalam huruf latin);
  • Tarjamah Fiqh al-Akbar as-Syafi’i (bidang Fiqih); 
  • Tanwir ad-Dzalam fi Farq al-Islam (bidang Kalam);
  • Mathla’ul al-Anwar fi Fadhilah al-Istighfar (bidang tasawuf)

Beliau wafat pada 31 Juli 1950 di Gunung Puyuh Sukabumi, dan dimakamkan di dekat pesantren yang beliau dirikan, yaitu pesantren dan lembaga pendidikan Syamsul Ulum yang hingga kini berdiri dan berkembang dengan pesat. Mengingat kiprah beliau, sudah sepantasnya KH Ahmad Sanusi diberikan gelar pahlawan nasional oleh negara. Aamiin, semoga saja segera terwujud. Tokoh besar tidak lahir dalam keadaan besar, tapi berproses dengan menuntut ilmu dan berkontribusi nyata. 

Salam Jas Merah! Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah! Tetap semangat mencari ilmu dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Referensi:

  • https://tirto.id/kh-ahmad-sanusi-ulama-sukabumi-penengah-kebuntuan-sidang-bpupki-efkl
  • https://www.republika.co.id/berita/qb5cmy385/kh-ahmad-sanusi-bpupki-hingga-beda-jalan-kartossuwiryo
  • https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2018/10/biografi-kh-ahmad-sanusi-pimpinan-persatuan-ummat-islam-indonesia-puii.html
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Sanusi
  • https://ulamanusantaracenter.com/272-2/

Posting Komentar untuk "Ajengan KH Ahmad Sanusi, Anggota BPUPKI, Pahlawan dari Sukabumi"